ALASAN berikutnya, sebuah kondisi yang tidak pernah disukai Chris adalah fakta bahwa Chris bersama ibu dan saudari-saudarinya menjalani hidup bersama Freddie Triplett yang kejam. Sejak awal. Freddie memusuhi Chris dan kerap menghinanya. Bagian terburuk dari semuanya adalah kalimat sakti Freodie ini, "Aku bukan ayahmu!"
Itulah sekelumit dari seribu satu alasan. yang bisa saja membuat Chris Gardner tetap miskin. Apalagi pada tahun 1970. Kemungkinan anak dari ghetto (perkampungan) seperti Chris untuk memiliki uang jutaan dolar hanya mungkin terjadi jika ia bisa menyanyi, menari, jago lari, jago melompat, jago menangkap bola, atau menjadi Bandar narkoba. Namun, ketika ibunya yang sedang berada di depan papan setrikaan nyeletuk, "Anakku, jika kau memang menginginkannya, suatu hari nanti engkau pun akan mempunyai uang jutaan dolar itu."
Dalam biografinya, The Pursuit of Happyness, Chris Gardner menceritakan, bagaimana perjalanan mendakinya. Hidupnya yang senantiasa dihantui dengan kesedihan karena tidak memiliki ayah. Kesedihan inilah yang membuatnya bertekad untuk tidak membiarkan anaknya, Christopher Jr., tanpa ayah di sampingnya.
Tekad Chris untuk sukses terbentuk perlahan-lahan melalui orang-orang penting dalam hidupnya. Pertama dan paling utama adalah sang ibu. Bettye Jean adalah sosok yang selalu kekal dalam hati Chris. Kemudian ada Paman Archie, adik dari ibunya, dan istrinya, Bibi TT. Ketika itu ibunya sedang dipenjara karena tuduhan penggelapan, Chris dan Ophelia, kakaknya pernah diasuh oleh mereka berdua. Dari Bit TT, Chris memperoleh kecintaan membaca buku. Paman Archienya mengajarkan nilai-nilai kerja keras serta memberi contoh tentang selera yang luar biasa tinggi dalam berbusana.
Kemudian ada Paman Henry, paman yang paling dipujanya. Paman Henry mengenalkan Chris pada Miles Davis, memancing Chris untuk keluar dan melihat isi dunia, serta memberi satu pesan dengan satu tema, hiduplah dengan penuh semangat.
Pertemuan Chris dengan Bob Bridges, pialang saham, membawanya ke sebuah kesempatan untuk mengikuti pelatihan menjadi pialang. Namun, kesuksesan tidak langsung digenggam Chris. Beberapa perusahaan yang Bob Bridges rekomendasikan telah Chris datangi, namun setelah wawancara mereka mengatakan "tidak" untuknya. Hanya satu perusahaan yang belum memberi jawaban, Dean Witter.
Pada saat yang sama, Chris sedang menghadapi masalah, yang datang dari Jackie, ibu dari Chris. Konfliknya dengan Jackie menyebkan Chris dipenjara dan Chris Jr. dibawa pergi oleh ibunya. Namun, nasib masih mau tersenyum padanya. Chris akhirnya diterima dalam program pelatihan Dean Witter. Setelah bekerja keras, Chris lulus ujian, yang berarti dia diterima bekerja.
Kini, Chris menjadi seorang pemilik perusahaan pialang saham terkemuka, Gardner Rich & Company. Perusahaan ini memiliki kantor di New York, Chicago, dan San Fransisco. Perusahaan ini berawal dari sebuah mimpi untuk mengejar "pasar yang tak tersentuh", yakni orang-orang Afro-Amerika.
Kehidupan Chris memasuki bagian ketiga. Setelah hampir setahun di jalanan, tetapi memiliki pekerjaan, membawa-bawa tas berisi pakaian dan popok Chris Jr, merasakan bermalam di hotel tunawisma, di bawah meja kerjanya, atau di toilet di stasiun BART. Kemudian Chris menemukan sebuah rumah untuk disewa dengan harga murah. Semenjak menemukan rumah, hidup Chris bisa dikatakan penuh kebahagiaan, tidak terlunta-lunta lagi. Kariernya meningkat, taraf kehidupannya pun meningkat.
Seluruh bagian dari buku ini menegaskan bahwa berkat usaha dan kemauan kerasnya, Chris bisa sukses, bahwa di akhir perjalanannya yang berliku, dia meraih kebahagiaan. (Sari Alessandra, mahasiswa Matematika ITB dan staf Media Internal, Salman ITB)***
Jangan Menyerah Kejar Kebahagiaan
Artikel diambil dari Koran Pikiran Rakyat.Gambar diambil dari : http://www.chrisgardnermedia.com
0 responses to "The Pursuit of Happyness"