15.29 | Posted in ,

Sebanyak 70 persen tubuh manusia adalah air. Memberikan energi positif pada air membuat kristal air menjadi indah.

Kita kerap mengang­gapnya sugesti bela­ka. Ketika sang tabib mengembuskan doa di atas segelas air be­ning, dan kemudian kita memi­numnya, dan secara menakjubkan penyakit kita pun rontok. Barang­kali cuma kebetulan.

Atau barangkali bukan kebetulan. Sebab, menurut Dr Maseru Emoto, ilmuwan Universitas Yo­kohama, Jepang, air secara ilmiah terbukti mampu menangkap segala pesan yang disampaikan ma­nusia kepadanya: embusan kata­kata, doa-doa, sumpah serapah, alunan musik, bahkan gambar.

Air lantas bereaksi terhadap pesan-pesan ini. Jika pesannya indah, air akan menampilkan wa­jah manis. Sebaliknya, jika pesan­nya buruk, ia pun berwajah masam. Singkatnya, air memiliki 'pe­rasaan'. Inilah temuan paling mencengangkan di akhir abed ke­20.

Di Bogota, Kolombia, Maret 2006 la1u, Dr Maseru Emoto hadir dalam sebuah seminar yang diha­diri ratusan orang. Di situ, penulis buku The Hiddan Message of Wa­ter itu menghadirkan keajaiban sang air.

Segelas air dipertontonkan. Air itu lantas didinginkan hingga menjadi bongkahan es. Lewat mikroskop elektron, Emoto beru­paya membedah struktur mole­kuler bongkah es tadi.

Dari layer mikroskop tampak molekul-inolekul air telah mem­bentuk rangkaian kristal, seperti kristal salju (snowflakes). Sayang­nya, bentuk kristal tadi tampak tidak beraturan (asimetris).

Segelas air lain, dari sumber yang sama, dipertontonkan. Ber­beda dangan yang pertama, air ini telah diembus doa-doa dan kata-­kata hikmah (penuh kebajikan, seperti pujian, ucapan terima ka­sih, dan sebagainya).

Air ini lantas didinginkan mi­nus lima derajat Celcius hingga menjadi bongkah es. Seperti pro­sedur sebelumnya, bongkahan lantas ditelisik mikroskop elek­tron yang diperlengkapi kamera supercepat. Apa yang terjadi?

Molekul dalam bongkahan es sama-sama membentuk kristal. Bedanya, kristal es dari air yang telah ditaburi doa-doa ini berben­tuk segi enam yang indah. Di se­tiap sudut kristal tumbuh cabang­cabang Seperti rangkaian daun yang simetris. Kristal segi enam ini juga lebih besar dan lebih me­nyala ketimbang kristal es yang tak diberi doa-doa.

Emoto telah menjelajah ke pen­juru dunia. Diambilnya bergalon-­galon air dari setiap negeri yang disinggahinya, dari Sungai Gang­ga di India, Sungai Loudress di Prancis, hingga mate air Zamzam di Makkah, Arab Saudi.

Air murni dari mats air di Pu­lau Honshu, misalnya, diberi doa­-doa agama Shinto. Air ini lalu di­dinginkan di laboratorium. Me­lalui layer mikroskop, tampak bahwa bongkahan es memuncul­kan rangkaian kristal segi enam yang berkilauan amat indah.

Bukan coma doa-doa. Air ini juga merespons terhadap kata­-kata baik yang dikeluarkan dari pikiran positif. Emoto mencoba melafalkan kata 'arigato' (terima kasih) di depan botol air. Kristal­-kristal cantik ini muncul kembali di layer mikroskop.

Air memang amat sensitif ter­hadap kata-kata, tulisan, atau sua­ra yang terkesan destruktif. Air juga merasa tersiksa akibat polusi.


Sumber diambil dari :

  1. Imy/masaru-emoto.net/life-enthusiast.com
  2. Republika, Sabtu 17 Juni 2006
��

Comments

0 responses to "Air yang saleh"