19.11 | Posted in ,

Mahmoud Ahmadinejad, Dia bukan ulama bersorban, bukan tokoh revolusi, bukan tokoh birokrat yang punya jam terbang tinggi. Dia tinggal disebuah gang, maniak bola, tak punya sofa dirumahnya dan kemana-mana dengan mobil Peugeot tahun 1977. Penampilan sendiri sendiri jauh dari sapuan gosip. Rambutnya selalu terlihat kusam, seperti tak pernah merasakan kilatan shampoo, sementara sepatunya itu-itu terus, bolong disana-sini, mirip alas kaki tukang sapu jalan di belantara Jakarta. Apa bisa orang seperti ini memimpin ?, Siapa yang menjamin dia nantinya tak bakal seperti walikota sebelumnya yang begitu menjabat justru tidur lebih nyeyak, lebih sering pijat, masuk sauna dan menikmati whirpool saat jutaan penduduk Teheran setiap harinya melempar sumpah serapah kelangit karena harus bernafas dalam kemacetan dan sesaknya kota?. Sejak hari pertama menjabat Walikota Teheran, Ahmadinejad banyak mengambil kebijaksanaan yang menekankan sisi religius. Dia misalnya mengeluarkan kebijakan pemisahan penggunan lift untuk pria dan wanita di kantor walikota. Dia juga mengusulkan para pahlawan yang gugur di perang Irak-Iran agar dikuburkan di bundaran-bundaran terkenal Teheran. Itu juga disertai dengan tindakan-tindakan populis seperti menggandakan jumlah pinjaman lunak pasangan muda yang hendak menikah dari 6 juta rial menjadi 12 juta rial. Dia juga menggelar program pembagian sup gratis sekali dalam setiap pekan bagi penduduk miskin. Yang terbilang kontroversial adalah keputusannya menjadikan rumah dinas walikota Teheran sebagai museum publik. Dia sendiri memilih tinggal dirumah pribadinya yang sederhana di kawasan Narmark di Timur Teheran. Selain menjadikan rumah dinas walikota sebagai museum, dia juga menghibahkan sebagian perabotnya untuk beberapa museum di Teheran.

Masih terbilang kontroversial pula adalah keputusannya melarang penyajian buah pisang bagi tetamu walikota. Ini mengingat pisang adalah salah satu buah-buahan yang sangat mahal di Iran sebijinya bisa sampai Rp. 6000. Masih di awal periode masa jabatannya sebagai walikota dia juga mengeluarkan kebijakan melarang pemasangan bill-board asing seperti reklame salah satu perusahaan asing seperti reklame salah satu perusahaan elektronik yang memasang David Beckham sebagai modelnya. Diluar semua kontroversi itu, Ahmadinejad memperlihatkan dirinya sebagai seoranng pekerja keras. Dia memilih memperpanjang masa kerjanya dari pagi hingga menjelang Magrib dan melanjutkan kerja dirumahnya hingga 12 malam. Dia sengaja memperpanjang jam kerjanya agar punya waktu luang hingga empat jam lebih untuk menerima siapa pun warga kota yang ingin mengadu. Di kantornya yang sederhana, dia setiap harinya menemui puluhan penduduk Teheran yang datang dengan beragam permasalahan dan keluhan; dari anak kecil hingga korban tabrakan lalu lintas, dan dari ibu-ibu hingga pebisnis.

Namun, salah satu keberhasilan Ahmadinejad sebagai walikota Teheran yang benar-benar dirasakan oleh masyarakan setempat adalah yang menyangkut spesialisasi dan keahliannya: manajemen transportasi dan lalu lintas perkotaan. Secara dramatis dia menekan jumlah kemacetan dan arus lalu lintas di kota Teheran dengan mencopot lampu lalu lintas di perempatan-perempatan besar dan mengubahnya menjadi jalur putar balik yang sangat efektif. Dia sukses memperlihatkan sosok walikota yang sederhana, ringan tangan mengerjakan semua kewajibannya, dan tak sungkan merasakan sendiri beban setiap masyarakat. Di kalangan pegawai kantor walikota, namanya menjadi bahan perbincangan yang tak ada habisnya setelah dia beberapa kali mengenakan pakaian pembersih jalanan untuk menunjukkan solidaritasnya. Seringkali pula dia turun dari mobil bututnya sekadar untuk membersihkan selokan yang mampet. Setelah dua tahun menjabat walikota Teheran, Ahmadinejad termasuk dalam finalis pemilihan walikota terbaik dunia World Mayor 2005 dari 550 walikota yang masuk nominasi, hanya sembilan yang dari Asia.

Dalam tempo setahun, semua itu terjawab, orang-orang Teheran menemukan Ahmadinejad sebagai sosok pejabat yang justru bangga menyapu sendiri jalan-jalan kota, gatal tangannya bila melihat ada selokan kota yang mampet, merasa lebih nyaman menyetir sendiri mobilnya sendiri ke kantor dan memilih kerja hingga dini hari sekedar memastikan Ibukota Iran ini lebih nyaman ditinggali. "Saya bangga menyapu jalan di Teheran," katanya suatu hari.Tetangganya menggambarkan Ahmadinejad sebagai soorang yang taat beragama yang tinggal dirumah dengan tiga kamar dengan dua anak lelaki dan satu anak perempuan. Rumah Ahmadinejad sendiri terbilang sederhana dengan sedikit mebel dan hanya memiliki karpet ditenun dengan mesin yang jauh lebih murah dibanding buatan tangan yang biasa dimiliki oleh kelas ekonomi kelas atas. Salah satu putra mereka sedang menyelesaikan SMU dan sisanya melanjutkan pendidikan di universitas.

Mahmoud Ahmadinejad tak pelak merupakan politisi dengan segudang misteri, dan keajaiban. Hampir tidak banyak orang tahu rincian latar belakangnya sebelum menjadi walikota Teheran. Semua jabatannya sebelum itu, termasuk sebagai gubernur Ardabil tahun 1993-1997, jauh dari jangkauan sorotan kamera media ataupun guratan pena para wartawan. Setelah menjadi walikota di Ibukota, barulah khalayak mengenalnya dari dekat. Mereka menegenalnya dari seabrek prestasi yang mampu diraihnya selama menjabat, dan menyukai kebijakan-kebijakan populisnya yang membela kepentingan rakyat kecil di atas kepentingan kelompok elit.

Semasa terpilih dan menjabat Gubernur Propinsi Ardabil, Ahmadinejad berhasil dalam restrukturisasi dan reformasi sistem ketenagakerjaan dipropinsi itu, ia terpilih untuk tiga tahun berturut-turut sebagai gubernur teladan. Meski secara geografis Ardabil memiliki masa pembangunan yang terbatas akibat iklim yang dingin, propinsi ini dibawah kepemimpinan Ahmadinejad selama periode tahun 1994-1995, berdasarkan data statistik Badan Perencanaan dan Anggaran, dikenal sebagai yang teratas dalam aktifitas pembangunan.Ahmadinejad juga mendapat penghargaan setelah berhasil melakukan rekonstruksi 7500 unit rumah yang hancur akibat gempa dalam rentang waktu yang relatif singkat, yaitu tujuh bulan. Dia menjadi gubernur Ardabil hingga pada Oktober 1996.

Mahmoud Ahmadinejad semasa menjadi Mahasiswa aktif di berbagai gerakan kemahasiswaan, pada akhir tahun 70-an, Ahmadinejad ambil bagian dalam penyebarluasan poster dan kaset-kaset Imam Khomaeni sebagai tokoh pergerakan menentang monarki Syah Pahlevi yang korup. Sebagai pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (Anjuman e Eslami ye Danesyjuyan) dan turut memprakarsai terbentuknya cikal bakal Dewan Pemantapan Persatuan (Dafter e Tahkim e Vahdat), organisasi kemahasiswaan ekstra kampus yang belakangan banyak berperan dalam membangkitkan semangat kalangan muda untuk mengangkat senjata mempertahankan pondasi revolusi Islam Iran. Selain itu Mahmoud Ahmadinejad juga tercatat sebagai pelajar pejuang, tahun 1984 bergabung ke Pasukan Khusus Pengawal Revolusi (Sepah-e Pasdaran-e Enqelab-e Eslami). Dalam banyak kesempatan, dia ikut serta dalam operasi militer bawah tanah yang diberi sandi "Ramadhan" ke wilayah Kirkuk. Beberapa organisasi pergerakan baik intra maupun ekstra kampus yang memberikan bekal dan pondasi kuat bagi Ahmadinejad, tidak lupa serta bimbingan dan panutan Imam Khomeini yang memperkenalkan kembali konsep islam sebagai sebuah komitmen sosial. Yang Imam Khomeini tekankan adalah kemestian Islam dan Iran terbebas dari kolonialisme Timur dan Barat, khomeini mengidamkan sebuah pemerintahan Islam yang berbasis pada Al Quran dan sejalan dengan model masyarakat Islam di era Nabi Muhammad SAW. Ulama, kata Khomeini, adalah wakil Tuhan di muka bumi sepanjang dia memenuhi dua kualifikasi: adil dan fakih. Jika syarat itu terpenuhi, ulama berkewajiban mengawasi pemerintahan, administrasi, dan perencanaan negara. Dia juga meyakini pemerintahan Islam adalah wahana paling jitu bagi masyarakat kebanyakan. Khomeini sendiri menampilkan dirinya sebagai sosok pemimpin sederhana-terlalu sederhana. Andrew Young, seorang duta Amerika di Perserikatan Bangsa-bangsa, bahkan menggambarkan Khomeini sebagai "Sufi Abad 21". Dia kagum mengetahui kesederhanaannya ditengah politisi Iran yang terkenal korup dan lembek. Khomeini memang terbiasa hidup layaknya sufi; tidur dilantai, makan roti kasar, dan menolak hampirsemua jenis kemewahan yang jamak bagi orang kebanyakan, tidak heran jika Ahmadinejad meniru cara hidup Imam Khomeini dan melanjutkan tongkat estafet perjuangannnya. Kesemua modal dasar ini menjadikan Ahmadinejad berani dan percaya diri untuk menatap pentas politik untuk memperubutkan kursi Presiden. Pentas politik Iran memang bukan lapangan terbuka. Tidak banyak politisi yang bisa melesat dengan cepat tanpa modal yang kuat. Tetapi Ahmadinejad membuktikan sebaliknya. Dia menjadi orang nomor satu di Iran dengan modal paling sedikit dan popularitas paling rendah. Beberapa kolega di kampus memutuskan merancang sebuah komite pencalonan dan pemenangan Ahmadinejad. Namun, karena keterbatasan dana kubu Ahmadinejad bahkan tidak bisa mencetak poster, papan iklan,baliho, dan perangkat-perangkat kampanye lain seperti yang dilakukan oleh para para calon presiden lain. Akhirnya, mereka memutuskan untuk membuat rekaman film Ammadinejad. Isi film itu dibuat menggunakan kamera Mini DV. Jadilah sebuah film semi dokumenter murah meriah yang tampak digarap secara amatiran. Garapan film semi dokumenter yang amatiran tersebut berisi pemikiran-pemikiran Ahmadinejad tentang negara Islam Iran yang lebih baik dan adil, dengan disisipi kata-kata "Kami ingin melayani bukan berkuasa" dan slide-slide kampanye simpatik mengunjungi para konstituen dan pendukungnya yang sebagian besar berasal dari kalangan miskin religius. Dibagian yang lain dalam film tersebut terungkap pikiran-pikiran Ahmadinejad yang cukup kontroversial. Antara lain, Ahmadinejad menonjok real politik Iran yang semakin jauh dari cita-cita Revolusi Iran 1979. Dia juga mempertanyakan kredibilitas elit politik yang begitu mudah terjebak korupsi dan meriapnya mafia minyak di Iran.

Kampanye kubu Ahmadinejad yang apa adanya dan sangat kontras dengan kampanye kubu-kubu para calon lain ternyata justru membawa kesan tersendiri bagi publik Iran. Mereka melihat kesederhanaan, ketulusan, ketiadaan rekayasa dan apa adanya di kubu Ahmadinejad sebagai kekuatan bukan kelemahan. Rafsanjani misalnya secara khusus membuat film kampanye besutan terkenal Iran, memasang banyak spanduk, umbul-umbul , baliho, dan poster ukuran besar di jalan-jalan utama semua kota di seluruh penjuru Iran. Sepanjang masa kampanye, tampak sekali bahwa kubu Ahmadinejad tampil nothing to lose, tanpa beban dan bebas dari fraksinalisme yang terus berperang antara kubu kiri reformasi dan kanan konservatif. Bagi kebanyakan rakyat, Ahmadinejad adalah pilihan paling aman, paling bebas konflik. Namun demikian, popularitas Ahmadinejad masih jauh dibandingkan dengan beberapa politisi lain.

Menurut sejumlah pendapat yang diumumkan menjelang kampanye yang dimulai pada 27 Mei 2005, dari kedelapan calon presiden yang bersaing, Akbar Hasyemi Rafsanjani, Ali Rafsanjani, Ali Larijani, Ahmadinejad Mehdi Karrubi, Mohammad Bagher Ghalibaf, Mohsen Rezai, dan Mostafa Moin, polularitas Ahmadinejad menduduki posisi buncit. Namun, seminggu setelah itu, posisi Ahmadinejad merangkak naik. Salah satu faktornya adalah karena kubu Amadinejad paling sedikit mengeluarkan dana dalam kampanye. Berbeda dengan calon-calon lain, Ahmadinejad tidak mencetak satu pun foto atau selebaran dalam bentuk apa pun dalam kurun seminggu setelah itu. Kubu Ahmadinejad hanya menggunakan cat semprot dengan catch phrase seperti "Siapa kiranya pengganti Syahid Rajai?" ditempat-tempat yang telah disediakan oleh petugas untuk kampanye. Mengingat Mohammad Ali Rajai adalah Presiden Iran yang paling merakyat dan memiliki latar belakang serupa dengan Ahmadinejad, kampanye murah meriah dengan catch phrase seperti ini ternyata sangat meneyentuh hati publik pemilih. "Kapan kita dapat menikmati pemerintahan Islam yang sebenarnya ?" adalah catch phrase lain yang tertera di foto-foto Ahmadinejad yang sebagian merupakan hasil cetakan offset. Seminggu setelah itu, barulah ada brosur berisi biografi, misi dan visi yang dilengkapi dengan foto hitam putih Ahmadinejad menyebar di Iran. Fokus kampanye Ahmadinejad adalah kinjungan ke berbagai pelosok Iran.

24 Juni 2005 Ahmadinejad tiba-tiba menjadi bahan pembicaraan koran diseluruh penjuru dunia, dia terpilih sebagai Presidenn Republik Islam Iran setelah sukses mengkanvaskan ulama cum-miliuner Ali Akbar Rafsanjani dalam sebuah pemilihan umum. Dalam hitungan minggu setelahnya dia sudah jadi Presiden pertama di Pemerintahan Republik Islam Iran yang begitu dibenci, sekaligus dipuja banyak penduduk dunia yang memusuhinya menganggap dia kayaknya seorang pendurhaka, tukang kompor, gatal perang dan gila puji. Ada pula yang menganggap dia seperti bulldozer, akalnya didengkul, tak mengenal negosiasi tahunya hanya melumat setiap karang dan menggusur setiap batu yang menghalangi keinginannya. Dia berkeras Iran berhak menegembangkan teknologi nuklir layaknya Eropa menernakkan reaktor. "Jika nuklir ini dinilai jelek dan kami tidak boleh menguasai dan memelikinya, mengapa kalian sebagai adi kuasa memilikinya ?. Sebaliknya, jika termonuklir ini baik bagi kalian, mengapa kami tidak boleh juga memakainya?" katanya lugas. Dia juga menyebut Amerika sebagai "preman" yang tak lama lagi bakal tumbang, layaknya air mancur. Dia juga meminta orang sedunia bersatu-padu menggulingkan rezim zionis di Tel Aviv, Israel.

Mahmoud Ahmadinejad menyatakan ingin menciptakan Iran sebagai model pemerintahan yang "modern, maju, dan islami". Model pemerintahan seperti ini, menurutnya, tidak harus berpijak bisa tidak harus berpijak pada manajemen kerja yang kuat, profesional, bebas korupsi, dan favouritisme politik. Baginya pemerintahan Islam ideal itu bukan sekedar rangkaian konsep dan jargon, tetapi sebuah kerja keras tanpa kenal lelah. Ia juga menyatakan bahwa konsep-konsep seperti keadilan, pemerataan, kebebasan, dan demokrasi itu nyatanya masih menjadi slogan kosong. Semua itu seringkali menjadi tameng kalangan politisi korup untuk memancing simpati rakyat, belum menjadi rangkaian program aksi dalam sebuah manajemen kerja kongkret. Oleh sebab itu, bagi seorang revolusioner seperti Ahmadinejad, semua konsep itu harus diperagakan secara nyata, baik dalam tingkatan individu maupun kebijakan pemerintahan. Dan itulah sebabnya dia selalu mempertahankan sikap populisnya dalam menjalankan pemerintahan. Dia memangkas semua biaya dan fasilitas yang tidak sine-qua-non, terutama yang berkaitan dengan urusan pribadi.

Dalam pandangan Ahmadinejad untuk mewujudkan masyarakat Islam yang maju dan sejahtera, pejabat negara haruslah memiliki stardar hidup yang sama dengan kebanyakan orang dalam masyarakatnya. Pemimpin itu harus mencerminkan kehidupan nyata masyarakat disekitarnya, dan tidak hidup di menara gading. Ahmadinejad menekankan empat prioritas pemerintahannya : memenuhi rasa keadilan, memperhatikan kebutuhan-kebutuhan rakyat kecil, melayani semua lapisan massa, dan meraih kemajuan materil dan moral bangsa. Berpijak pada budaya islam yang murni dan memperhatikan semua kebutuhan rakyat bawah, pemerintahan baru akan menempatkan pelaksaaan keadilan di semua bidang, kesetaraaan dalam memperoleh kesempatan, pemberantasan kemiskinan, dan pelenyapan diskriminasi administratif dan korupsi sebagai agenda utamanya. Pemerintahannya juga akan meningkatkan semangat persaudaraan, kasih sayang, dan solidaritas di semua tingkatan masyarakat, terlepas dari afiliasi agama dan rasnya."Sebagai pelayan rakyat, saya wajib menjaga independensi dan kepentingan nasional Republik Islam Iran dan budaya dan aspirasi Islam serta juga membela hak-hak kewarganegaraan semua orang iran di dalam dan di luar negeri," ungkapnya.

Pada suatu kesempatan audiensi dengan kalangan mahasiswa di Teheran, salah satu peserta menanyakan penampilannya yang tidak punya tampang presiden itu. Dengan lugas, Ahmadinejad menjawab, "Tapi saya punya tampang seorang pelayan rakyat". Tidak hanya itu, sejumlah aksesori kepresidenan seperti kemewahan istana presiden, karpet merah, foto bersama dan sebagainya, dia hapuskan. Bahkan, dia meminta semua kantor pemerintahan untuk tidak memasang fotonya. Berdandan setelan jaket murahan, celan dan sepatu butut, laksana umumnya kaum buruh di Iran, Ahmadinejad senantiasa bepegang pada asal usulnya yang bersahaja- dia adalah anak seorang pandai besi dan menyatakan bahwa dirinya adalah "penyapu jalan dan pelayan kecil" yang akan bekerja mati-matian untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dan menghentikan korupsi. Lalu berulang-ulang dia menyatakan tekadnya untuk "memotong tangan-tangan" kelompok yang disebutnya dengan "mafia minyak" didalam negeri Iran.

Membaca biografi perjalanan politik Ahmadinejad seharusnya menjadi teladan dan acuan para pemimpin negeri ini dalam memimpin dan bertindak, negeri yang subur, indah dan kaya ini jika berada ditangan pemimpin yang amanah, jujur dan adil akan membawa Indonesia menjadi negara yang makmur dan sejahtera.

Pemimpin itu melayani bukan dilayani

Sumber : Disarikan dari Buku AHMADINEJAD! David di Tengah Angkara Goliath Dunia Penerbit Hikmah

Gambar :
1. http://www.jewcy.com/tags/mahmoud_ahmadinejad
Category: ,
��

Comments

0 responses to "Mahmoud Ahmadinejad"